BEIJING - Umat Islam di Beijing, China punya tradisi berbuka puasa bersama di masjid, salah satunya di Mesjid Niujie.
Berbeda dengan di Masjidilharam, Makkah, atau di Indonesia makanan untuk takjil diletakkan di atas meja, bukan lesehan di tikar di dalam masjid.
Di halaman mesjid telah disiapkan beberapa meja yang di atasnya terdapat roti coklat dan kurma, serta teko berisi teh beserta gelas-gelas plastik.
Sesaat kemudian adzan Maghrib pun berkumandang tanda waktu berbuka puasa tiba. Sejumlah jemaah baik laki maupun perempuan di sisi halaman lain, bergegas menuju meja dengan tertib untuk berbuka dengan roti cokelat, kurma, serta teh yang sudah disediakan.
Salah satu pengurus mesjid Niujie, Yusuf, mengatakan setelah berbuka dan shalat Maghrib berjamaah, rutin diadakan pengajian bersama dipimpin imam mesjid hingga waktu tarawih tiba.
"Ini rutin kami lakukan setiap Ramadan," tegasnya.
Mesjid Niujie adalah masjid tertua dan terbesar di Beijing dan menjadi salah satu titik awal berkembangnya Islam di China, khususnya di Beijing.
Perpaduan arsitektur China dan Islam menghiasi hampir seluruh bangunan masjid yang didirikan Nasrudin--putra salah seorang ustadz Arab, yang menyebarkan Islam ke Beijing pada 996 M,
Luas keseluruhan mesjid sekitar 6.000 meter persegi dengan beberapa komponen bangunan seperti ruangan ibadah, menara azan (bangge lou), menara pengamat bulan yang berbentuk heksagonal, serta dua buah paviliun tempat ukiran prasasti.
Islam masuk ke Beijing sekitar abad kesepuluh, dan Niujie merupakan salah satu mesjid yang kali pertama dibangun, dari 72 masjid yang kini ada di Ibu Kota China tersebut.
Saat Dinasti Qing berkuasa, Islam berkembang dengan pesat di Beijing. Saat itu sekitar 30 masjid dibangun di Beijing.
Source